Beranda | Artikel
Mengutamakan dan Mendahulukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
Jumat, 11 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Mengutamakan dan Mendahulukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. dalam pembahasan Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 28 Rabbi’ul Awwal 1440 H / 06 Desember 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah

Status program kajian kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Kamis pagi, pukul 07:00 - 08:00 WIB.

Download juga kajian sebelumnya: Perwujudan Hijrah Kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Kajian Islam Ilmiah Tentang Mengutamakan dan Mendahulukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam – Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah

Hijrah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan RasulNya mengandung kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kecintaan ini harus melebihi dari kecintaan kita kepada apapun  bahkan termasuk kepada diri kita sendiri. Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu ta’ala membawakan sebuah ayat Al-Qur’an, di dalam surah Al-Ahzab ayat ke-6:

النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَىٰ بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّـهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَن تَفْعَلُوا إِلَىٰ أَوْلِيَائِكُم مَّعْرُوفًا ۚ كَانَ ذَٰلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا ﴿٦﴾

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).

Jadi orang-orang yang beriman akan lebih mengutamakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi diri-diri mereka sendiri apalagi orang lain. Ini termasuk penjelasan yang mengungkat makna hijrah yang sesungguhnya, hijrah yang paripurna kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjadikan beliau yang lebih kita utamakan, kita cintai dan kita ikuti petunjuknya dibandingkan siapapun.

Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa barangsiapa yang tidak menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih diutamakannya atau lebih dicintainya melebihi dirinya sendiri, maka dia bukanlah termasuk orang-orang yang beriman dengan iman yang benar. Sifatnya orang yang beriman Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam surat Al-Ahzab ini, mereka akan menjadikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling mereka utamakan sampai melebihi diri mereka sendiri. Kita ingat hadits yang juga telah kita lewati, dari ‘Umar Bin Khattab radhiyallahu ta’ala ‘anhu, ketika ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ta’ala ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللهِ! لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلَّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي . فَقَالَ النَّبِيﷺ : لا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ! حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ . فَقَالَ لَهُ عُمَرَ : فَإِنَّهُ الآنَ وَاللهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِن نَفْسِي . فقال النبي : الآنَ يَا عُمَرُ

Wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak! Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’ Lalu Umar berkata, ‘Sesungguhnya sekarang Ya Rasulallah demi Allah engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ‘Sekarang imanmu sempurna hai Umar.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ini konsekuensi iman yang benar. Makanya ayat ini dengan tegas menyebutkan tentang ciri orang beriman yang sesungguhnya, yang menunjukkan bahwa ini adalah keharusan mencintai, mengutamakan dan mendahulukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan siapapun dikalangan manusia.

Ini adalah ciri utama orang yang beriman dan inilah makna orang yang hijrah sesungguhnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan setia mengikuti petunjuk beliau. Mengutamakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dimaksud diayat ini, terkandung didalamnya beberapa perkara. Disini dirinci supaya kita bisa memahami dan mengamalkannya, juga agar kita mengetahui dan bisa membedakan mana orang-orang yang sekedar mengaku dan mana yang benar-benar membuktikan pengakuan tersebut dalam dalam dirinya. Diantaranya:

Pertama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dijadikan yang paling kita cintai sampai pun melebihi dirinya sendiri. Tentu saja manusia mempunyai tabiat. Tabiat manusia akan mencintai dirinya lebih daripada yang lain. Dalam masalah ini Islam memerintahkan kita untuk lebih mencintai Allah dan RasulNya melebihi diri kita. Memang ini cinta yang butuh usaha, butuh menundukkan hawa nafsu, butuh mempelajari iman dan mempraktekkannya, sehingga menjadikan hati kita senantiasa mengenal keindahan Islam, mengenal kebaikan-kebaikan dari petunjuk yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu sebelum mengenal kemaha indahan  nama-nama dan sifat-sifat Allah. Kalau ini sudah dominan dihati kita, maka ini akan semakin kuat mengalahkan cinta yang bersifat tabiat asal pada diri manusia.

Jadi, menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling dicintai atau lebih dicintai bagi seorang hamba melebihi dirinya sendiri, itu konsekuensi yang pertama. Karena pengutamaan itu asalnya adalah cinta. Sedangkan diri seseorang hamba, tentu secara tabiat asal lebih dicintai dibandingkan yang lain. Makanya ini adalah kecintaan yang berhubungan dengan iman. Tentu setelah kita belajar, semakin banyak kita membaca Al-Qur’an, merenungkan isinya, tentu iman semakin kuat, otomatis kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam akan semakin kuat juga sampai melebihi kecintaan kepada diri hamba itu sendiri.

Bersamaan dengan ini wajib untuk kita menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih diutamakan melebihi dirinya sendiri dan lebih dicintainya melebihi dirinya sendiri. Maka dengan ini lah seseorang itu akan bisa mendapatkan iman dan digelari sebagai orang beriman yang sebenarnya. Inilah pengertian yang disebutkan didalam ayat ini, sangat jelas tentang salah satu konsekuensi hijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat besar.

Kedua, mengutamakan atau lebih mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terkandung konsekuensi didalamnya sempurnanya ketundukan dan ketaatan dengan petunjuk beliau, ketaatan dengan sunnah Rasulullah, menerima dengan lapang dada, selalu tunduk dengan hukumnya dan semua konsekuensi-konsekuensi cinta yang lainnya. Baik itu menerima dengan gembira terhadap segala ketentuan hukumnya, tunduk kepada perintahnya dan mendahulukan perintahnya diatas perintah yang selainnya.

Cinta tentu ada buktinya. Apabila kita mencintai sesuatu, kita akan sering mengingatnya, akan sering menyebutnya, akan selalu meneladaninya, bahkan berhubungan dengan gerak-geriknya, pakaian dan semua tingkah lakunya.

Makanya tidak dibenarkan orang yang mengaku cinta tanpa bukti. Oleh karena itu mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, setia mencari petunjuk beliau dalam semua keadaan, jelas ini merupakan konsekuensi cinta yang benar kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak hanya sekedar mengaku-ngaku cinta tapi masih mencari-cari petunjuk selain petunjuk yang beliau bawa sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sudah pernah kita bahas makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim:

ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

Orang yang ridha dengan Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai agama serta Muhammad sebagai Rasul, maka dia telah merasakan nikmatnya iman.” (HR. Muslim)

Ridha berarti menerima dengan lapang dan gembira menjadikan Allah sebagai sembahannya satu-satunya, Islam sebagai agama yang diyakini satu-satunya dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai imam panutan yang dicontoh petunjuknya satu-satunya. Ini konsekuensi iman yang benar yang dirasakan kelezatan dan kemanisannya.

Simak penjelasannya pada menit ke – 12:08

Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Mengutamakan dan Mendahulukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam – Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyyah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46398-mengutamakan-dan-mendahulukan-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/